Kemarin-kemarin kita sering liat di tv atau baca di koran tentang pemberitaan terkait dugaan mal praktek yang dilakukan oleh seorang dokter yang mengakibatkan pasiennya mengalami kerusakan pada seluruh wajahnya yang diduga disebabkan karena alergi obat, yang diberikan salah seorang dokter kepada pasien tersebut. Pasti dah pada denger kan nama penyakitnya? Ya! Nama penyakitnya Sindrom Steven Johnson (SJS = Stevens Johnson Syndrome).
Seperti apakah penyakit itu?? Berikut uraiannya mengenai Sindrom Stevens Johnson!!
Apa itu Stevens Johnson Syndrome???
Menurut Webster’s New World Medical Dictionary, Sindrom Stevens Johnson didefinisikan sebagai Reaksi alergi sistemik (sistemik = menyerang keseluruhan tubuh) dengan karakteristik berupa rash atau kemerahan yang mengenai kulit dan selaput lendir, termasuk selaput lendir mulut.
Menurut sumber lain, kelainannya dapat berupa kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh darah (eritema), gelembung pada kulit yang berisi cairan (vesikel/bula) dan dapat disertai dengan bercak-bercak perdarahan pada kulit/selaput lendir (purpura).
Penyakit ini sebenarnya jarang sekali terjadi, tercatat hanya sekitar 2-3% per juta populasi di Negara Eropa dan Amerika. Penyakit SJS bisa mengenai semua umur dari anak-anak sampai orangtua, laki-laki dan perempuan, walaupun dilaporkan banyak wanita yang cenderung terkena SJS dibandingkan dengan laki-laki seperti yang diungkap dalam website SJS. Namun, kecenderungan ini tidak menyebutkan diskriminasi rasial atau diskriminasi seksual.
Apa penyebab Sindrom Stevens Johnson??
Penyebab SJS dikategorikan dalam empat kelompok, yaitu:
1. Alergi obat, seperti antibiotika (golongan penisilin, sefalosforin, dan sulfa), obat-obatan anti nyeri, penenang, anti kejang, jamu
2. Infeksi, seperti virus, jamur, bakteri dan parasit
3. Keganasan seperti kanker karsinoma dan limfoma
4. Faktor idiopatik (belum diketahui penyebabnya) sekitar 25-50% kasus.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini adalah musim/iklim dimana cuaca dingin lebih berpengaruh, dan juga lingkungan fisik seperti sinar x, hawa yang dingin dan ketersediaan sinar matahari. Hal ini terjadi karena reaksi hipersensitif dari sistem imun kita .
Untuk orang dewasa SJS biasanya disebabkan kanker dan obat-obatan sedangkan pada anak lebih banyak karena infeksi.
Apa Saja Gejala Klinisnya?
Gejala klinis yang timbul dapat bervariasi mulai dari ringan sampai berat. Pada gejala klinis yang berat penderita umumnya mengalami penurunan kesadaran sampai koma. Perjalanan penyakit ini biasanya akut (cepat) dengan gejala prodormal seperti demam tinggi, rasa lelah, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan, sering kali juga muntah-muntah dan diare. Gejala ini biasanya dapat dialami sampai dengan 2 minggu.
Gejala klinis yang khas yakni adanya Trias kelainan (3 kelainan) yaitu,
1. Kelainan Kulit
Kelainan pada kulit berupa : eritema, vesikel, bula bahkan purpura. Kelainan biasanya bersifat menyeluruh. Sifat dari eritema yakni berbentuk cincin (tengahnya lebih gelap) biasanya berwarna ungu.
2. Kelainan Selaput Lendir pada Orifisium
Kelainan selaput lendir yang paling sering adalah di mukosa (lapisan tipis) mulut (100%), kemudian di alat genital (kemaluan) (50%) sedangkan di lubang hidung atau anus jarang (8% dan 5%). Kelainan ini dapat berupa vesikel ataupun bula yang cepat sekali memecah sehingga terjadi erosi (kerusakan kulit yang dangkal) dan ekskoriasi (lecet/kerusakan kulit yang dalam) dan krusta yang hitam.
3. Kelainan pada Mata
Kelainan pada mata merupakan 80% di antara semua kasus. Dimana yang paling sering adalah konjungtivitis (radang pada konjungtiva)
Komplikasi dari penyakit Stevens Johnson Syndrome adalah bronkopneumonia (radang bronkus dan pneumonia) sekitar 16%. Komplikasi yang lain berupa kehilangan cairan ataupun darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi kebutaan akibat adanya peradangan pada kornea atau selaput bening mata.
Bagaimana Pengobatannya?
Langkah pertama yaitu menjauhkan faktor penyebab. Bila yang dicurigai adalah obat, maka hentikan konsumsi obat tersebut.
Secara umum penanganannya yaitu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh penderita dengan pemberian cairan infus karena umumnya penderita mengalami dehidrasi. Jika penderita mengalami koma, maka
tindakan kedaruratan harus dilakukan yaitu dengan menjaga keseimbangan oksigen harus dipertahankan.
Pengobatan khusus berupa pengobatan sistemik yakni dengan pemberian obat golongan kortikosteroid dosis tinggi seperti obat prednisone, dan deksametason. Pengobatan topical (luar/untuk kulit) yakni untuk bula dan vesikel yang memecah diberi bedak salisil 2%, kelainan yang basah dikompres dengan asam salisil 1%, kelainan pada mulut dikompres asam borat 3% dan konjungtivitis (radang konjungtiva) diberi salep mata yang mengandung kortikosteroid
ataupun antibiotic.
Dalam praktik sehari-hari sebaiknya dokter dan pasien saling mengingatkan apakah ada alergi terhadap obat-obatan tertentu bila akan diberikan obat- obatan. Selain itu dalam prinsip penggunaan obat, obat hanya digunakan jika nyata perlu. Obat harus digunakan secara rasional, hindari penggunaan obat yang tidak perlu. Obat yang diduga aman seperti vitamin sekalipun dapat menimbulkan alergi, bukan karena zat aktif vitaminnya, tetapi oleh zat tambahan dalam pembuatan obat misalnya zat pewarna.
Catatan: SJS dapat disembuhkan bila cepat mencari pertolongan pada layanan kesehatan terdekat dan reaksi yang ditimbulkan tidak berat.
Sumber:
sobat-muda.com, en.wikipedia.org, kompas.com, kabarindonesia.com, norma1087.wordpress.com
Kamis, 12 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar